Share

LASKAR – Pihak keluarga dari almarhumah Maryana Batmomolin yang menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Tentara (RST) dr Latumeten Ambon, Minggu (11/07/2021) malam pukul 21.00 WIT merasa tidak puas dengan pelayanan pihak rumah sakit.

Pasalnya, hingga Senin (12/07/2021) pukul 16.00 WIT atau jam 4 sore, pihak rumah sakit belum mengijinkan pihak keluarga untuk mengambil jenasah ibu Maryana Batmomolin yang selama hidup berprofesi sebagai Guru Agama Katolik pada SD Neg 62 di Kudamati untuk dimakamkan dengan alasan masih menunggu hasil swab.

“Kami sudah menunggu di kamar mayat kurang lebih 20 jam sejak saudara kami meninggal. Kenapa hasil swab sampai jam begini belum keluar. Ada apa sebenarnya,”tanya Jhon salah satu keluarga di depan kamar mayat RST.

BACA JUGA:  Pemkot Libatkan Tokoh Agama

Dikatakan, sejak saudara kami masuk rumah sakit minggu pagi karena tekanan darah tiba-tiba naik dan bersamaan ada sakit asam lambung. Jadi sebelum menjalani rawat nginap telah dilakukan antigen dan hasilnya reaktif.

Ketika ditanya soal mekanisme dan jawaban pihak rumah sakit terhadap hasil swab yang belum juga keluar, pihak keluarga sebagian besar menjelaskan bahwa sejak Senin pagi jawaban dari pihak rumah sakit masih menunggu tenaga medis sebanyak 30 orang baru bisa dianalisa hasil swabnya.

“Hasil swab juga tidak bisa dibawa ke RSUD dr Haulussy untuk dianalisa karena semua tenaga terpapar Covid-19,”jawab pihak keluarga yang lain.

Karena menunggu hasil swab terlalu lama, sejak pukul 11.00 WIT pagi pihak keluarga berinisiatif meminta pihak rumah sakit untuk melakukan formalin agar jenasah bisa bertahan sampai menunggu hasil swab.

BACA JUGA:  Pemkot Apresiasi Lokakarya Penguatan Kapasitas Pemerintah Kelola Sampah

Pihak keluarga sangat menyesalkan managemen pihak rumah sakit yang terlalu lama mengeluarkan hasil swab karena jenasah sudah sekitar 20 jam di rumah sakit.

“Ini sudah tidak wajar dan tidak manusiawi lagi. Negara siapkan anggaran begitu besar untuk penanganan Covid tetap kenapa fasilitas dan managen sangat tidak professional. Kami tetap menghargai semua prosedur tetapi ini sudah melebihi batas manusiawi jika jenasah sudah kurang lebih 20 jam di kamar mayat,”sesal anggota keluarga yang lain seraya meminta Gubernur Maluku dan satuan tugas untuk membenahi lagi managemen rumah sakit dalam penanganan Covid-19. (L02)