Share
LASKAR AMBON – Pemerintah kota (Pemkot) Ambon melibatkan tokoh agama untuk mengatasi kejadian luar biasa (KLB) demam berdarah dengue (DBD) yang sejak Januari 2016 merenggut enam penderita meninggal.
Sekkot Ambon, Anthony Latuheru, di Ambon, Senin, mengatakan, semua tokoh agama dilibatkan untuk memerangi KLB DBD, menyusul pertemuan pada 17 Mei 2016.
“Jadi ada kesepahaman dengan tokoh agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Hindu dan Budha agar membantu Pemkot Ambon memerangi KLB DBD,” ujarnya.
Sosialisasi keterlibatan para tokoh agama telah disampaikan, baik di masjid, gereja, katederal/paroki, vihara dan pura. “Tokoh agama memiliki peranan strategis untuk mengimbau maupun mengingatkan masing-masing umat agar memerangi KLB DBD dengan penderita mencapai 95 orang,” kata Anthony.
DBD dinyatakan KLB karena pada Januari hingga Maret 2016 tercatat 37 kasus, selanjutnya melonjak pada April 2016 menjadi 95 kasus.
Padahal, data Dinas Kesehatan (Dinkes) kota Ambon menyatakan kasus penyakit DBD selama 2015 sebanyak 26 kasus, di mana satu diantaranya meninggal dunia.
Upaya pencegahan telah dilakukan di sejumlah kawasan yang terindikasi sarang nyamuk Aides Aigepty yang menyebabkan penyakit DBD yakni pengasapan atau fogging.
Fogging dilakukan guna memberantas serta memutuskan mata rantai penularan nyamuk Aides Aigepty.
Penyemprotan dan pengasapan di kawasan yang terindikasi DBD akan mematikan nyamuk yang mengandung virus DBD.

BACA JUGA:  Pemkot Apresiasi Deklarasi Paguyuban Masyarakat Papua

Interval waktu yang dibutuhkan untuk membunuh nyamuk beserta jentik yakni dua minggu, di mana pada minggu pertama dilakukan fogging untuk membunuh nyamuk dewasa dan minggu selanjutnya membunuh jentik nyamuk yang berada di sekitar lokasi.

Kewaspadaan warga dilakukan dengan gerakan Pemberantasan Sarang dan Jentik Nyamuk (PSJN) serta pelatihan kader Pantauan Jentik Berkala (PJB).
PSJN dan PJB tersebut dilakukan di tempat umum yakni lingkungan perumahan warga serta sekolah dan lokasi kantor.

Fogging intensif dilakukan di beberapa daerah endemis Malaria dan DBD, di samping sebagai cara terbaik mencegah perkembangbiakan nyamuk serta gerakan menguras bak mandi, menutup wadah air dan mengubur barang bekas (3B) yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk.

BACA JUGA:  Dari Program WAJAR 2 Jam, Kinerja Pemkot Semakin Baik

“Bubuk abate juga dibagikan gratis kepada masyarakat. Stok abate tersedia di Puskesmas. Jadi sekiranya abate yang dibagikan sudah habis masyarakat bisa ke Puskesmas untuk mendapatkan secara gratis karena stoknya tersedia,” kata Anthony. (LL)