Share
LASKAR – Sebagai kota unik pilihan Tuhan bagi Kekristenan di Maluku bahkan Indonesia, sudah pasti bahagia Ambon dijadikan tempat rekoleksi-wisata belajar, bagi para Pendeta Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) dari Kupang, Nusa Tenggara Timur.
“Menjadikan Kota Ambon sebagai pilihan kegiatan para Pendeta dari luar, tentu sebuah kebanggaan dan kehormatan. Pilihan ini sejujurnya sangat tepat. Jadi Pendeta-pendeta GMIT tidak salah. Ambon kota unik bagi Kekristenan di Maluku bahkan Indonesia,” tegas Walikota Ambon dalam sambutan saat menerima rombongan Pendeta dari Klasis Kupang Tengah, NTT, Minggu (12/5/2019) malam di rumah dinas Walikota di bilangan Karang  Panjang.
Menurutnya, Kota Ambon saat ini telah mengalami banyak kemajuan setelah dua puluh tahun yang lalu sempat dilanda konflik bernuansa SARA. 
“Perubahan kota saat ini sebagai anugerah Tuhan Allah. Sebab dulu akibat konflik yang terjadi, ketika mendengar Ambon saja semua orang pada takut,” kata Louhenapessy.
Malah, jelasnya, banyak prediksi mengatakan butuh waktu yang cukup lama untuk bisa bergerak maju lagi. 
“Tetapi puji Tuhan, saat ini sudah begitu baik. Seluruh warga masyarakat menyadari betapa konflik telah menghancurkan. Hubungan antar orang bersaudara tumbuh dan berkembang kembali seperti dahulu yang direkat dengan budaya pela gandong,” terang Louhenapessy.
Dikatakan, perubahan kota luar biasa, jauh dari prediksi para pengamat sehingga saat ini boleh bersaing dengan daerah lain.
“Benih persaudaraan, kehidupan toleransi menjadi yang terbaik di Indonesia. Oleh banyak daerah, Kota Ambon dijadikan sebagai contoh tempat persemaian perdamaian,” tegas Louhenapessy.
Alhasil, orang pertama di Kota Ambon ini mengharapkan setelah dari Ambon, para Pendeta sebagai tokoh jemaat dan public, kiranya membawa hal positif, pesan-pesan perdamaian, kehidupan toleransi antar umat beragama dari Kota Ambon.
“Segala yang berkesan, pastikan itu menjadi milik semua orang yang mencintai Kota Ambon dan biarlah saya menjadi orang terakhir yang mendapat kabar baik itu. Jika ada hal-hal yang kurang baik, juga harus pastikan bahwa saya orang pertama yang mendengar kabar atau laporan untuk dijadikan bagian koreksi guna menata, membangun Kota Ambon lebih baik lagi,” harapnya.
Masih menurut Louhenapessy, kedatangan rombongan Pendeta Klasis GMIT Kupang Tengah, sekaligus sebagai sebuah tugas perutusan seperti yang terlukis dalam Firman Tuhan, “Siapakah yang akan Ku utus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku”.
Sekali lagi, tambah Louhenapessy, sebagai sebuah kota pilihan Tuhan, dirinya bersyukur atas kunjungan dimaksud. Sebab, dari Kota Ambon inilah api Injil akan tetap selamanya menyala meski menghadapi berbagai cobaan.
“Ada suka cita bagi saya selaku Walikota, warga jemaat, seluruh masyarakat karena para Pendeta sebagai pelayan dan pemimpin publik menempatkan kota Ambon guna menambah energi, daya, pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang terbarukan seiring perkembangan jaman dan dinamika kehidupan berkeluarga, bergereja, maupun berbangsa dan bernegara yang begitu kompleks dan menantang,” pungkas anak dari almarhum Pendeta Dominggus Louhenpessy, mantan Sekum Sinode Gereja Protestan Maluku ini.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Majelis Klasis Kupang Tengah, Pendeta Gayus Pollin, STh menjelaskan program rekoleksi diselenggarakan di atas kesadaran utama bagi terjawabnya perubahan dan pembaharuan yang menghadirkan kebenaran, keadilan, kemakmuran, dan kesejahteraan sebagai  tanda-tanda Syalom Allah dalam dunia seutuhnya.
Oleh sebab itu, para Pendeta GMIT Klasis Kupang Tengah memilih keluar dari rutinitas lingkungan GMIT keluar belajar dengan sesama manusia dan dunia luar, termasuk sesama umat Kristen yang ada di Gereja Protestan Maluku (GPM), masyarakat serta pemerintah Kota Ambon melalui rekoleksi dan wisata belajar.
“Terima kasih kepada Gereja Protestan Maluku (GPM) Klasis Kota Ambon khususnya keluarga besar jemaat GPM Ebenhaezer, Rumah Tiga. Tidak terlepas juga segala sambutan baik, kontribusi dan dukungan penuh pemerintah provinsi Maluku, pemerintah Kota Ambon, bapak Walikota dan jajarannya. Atas semua dukungan, partisipasi dan kontribusi baik material maupun spiritual yang diberikan, tidak dapat terbalaskan. Oleh karena itu, atas nama Majelis Klasis GMIT Kupang Tengah, dengan hati yang tulus iklas mengungkapkan banyak terima kasih,” tutupnya.
Dalam kesempatan itu, Walikota Ambon dan Ketua Majelis Klasis Kupang Tengah saling memberikan cindera mata berupa plakat dari Pemkot Ambon dan penyarungan kain tenun khas Timor NTT kepada Walikota Ambon dan Ibu Deiby Louhenapessy, juga Sekretaris Kota Ambon, A.G. Latuheru. 
Sebelum jamuan makan malam, rombongan Pendeta dari Kupang dipimpin Pendeta Grace Pandie Sjion, STh menyanyikan lagu Bolelebo dilanjutkan lagu irama tarian khas Timor Kupang. Tampak sekitar 47 orang Pendeta dari Kupang, masing-masing mengalungi syal tenun kepada Walikota Ambon beserta istri, Sekretaris Kota Ambon, dan seluruh pimpinan OPD Pemkot Ambon untuk ikut bersama-sama menari. 
Di akhir acara, Pendeta Ira Batubara Wonlele, STh menyampaikan para Pendeta Klasis Kupang Tengah telah melaksanakan rekoleksi sebanyak 9 kali dimana berawal dari tahun 2005 dilakukan dalam lingkup klasis di Elim Oeltua. 
Tahun 2006 mulai keluar dari Klasis yaitu di Flores Labuan Bajo, tahun 2007 di Denpasar Bali, 2009 Yogyakarta, 2011 di Bandung, 2013 di Atambua, 2015 di Batu Malang, 2017 Tomohon Manado, dan 2019 Kota Ambon. 
“Kiranya rekoleksi dan wisata belajar di Kota Ambon memberi arti bagi pelayanan dan pergumulan pada kami hamba Tuhan dengan mengambil hikmah, memanfaatkan kesempatan ini untuk menciptakan momentum lanjutan dalam pelayanan,” katanya. (L01)