Share

DOBO, LaskarMaluku.com – Pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Aru menggandeng Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Provinsi Maluku menggelar Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami (SLGT) merupakan rangkaian pelatihan mitigasi guna meningkatkan pemahaman informasi gempabumi dan tsunami.

Kegiatan ini di buka Bupati Kabupaten Kepulauan Aru, dr. Johan Gonga, yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Kepulauan Aru Jacob Ubyaan, yang berlangsung di Hotel Apex, Selasa (3/10/2023).

Turut hadir dalam kegiatan tersebut. Koordinator BMKG Maluku Djati Cipto Kuncoro, Forkompinda Aru, Kepala Stasiun Geofisika Maluku Tenggara Barat Edward Henrry Mengko, S.T., M.Sc dan pimpinan OPD lingkup Pemerintah kabupaten (Pemkab,) Aru serta tamu undangan lainnya.

Bupati dalam sambutannya, yang di bacakan Sekda Kabupaten Aru, Jacob Ubyaan, mengatakan kami juga sangat mengapresiasi Pemerintah Desa Wangel dan Desa Durjela yang terpilih dan yang telah mempersiapkan diri untuk menjadi komunitas siaga tsunami dalam kegiatan verifikasi Nasional Komunitas Siaga Tsunami (Tsunami Ready Community) tahun 2023.

“Dari kegiatan ini, banyak hal yang telah dipersiapkan untuk terciptanya kegiatan ini, yang juga tak lepas dari bimbingan dan pendampingan dari BPBD kabupaten Kepulauan Aru untuk mendukung terwujudnya komunitas Siaga Tsunami di kabupaten Kepulauan Aru,” Harapnya.

Lebih lanjut, Bupati juga menyapaikan.Kabupaten Kepulauan Aru di Provinsi Maluku memiliki potensi bencana alam gempabumi dan tsunami yang sangat tinggi. hal ini, lanjutnya dikarenakan aktivitas tektonik yang intens di Kawasan Timur Indonesia, sehingga membentuk banyak sumber gempa bumi di sekitar wilayah ini.

BACA JUGA:  Gustu Covid KKT Siapkan 60 Tempat Tidur di Lokasi Karantina

“Untuk kita ketahui bersama, disamping itu, kondisi kabupaten Kepulauan Aru yang merupakan daerah kepulauan, semakin meningkatkan potensi kejadian tsunami, baik yang dipicu oleh gempabumi tektonik ataupun sumber non-tektonik dari erupsi gunung api dan longsoran bawah laut,” kata Gonga.

Dikatakan, dalam tahun 1629 sampai 1998 kita mencatat, sejarah tsunami yang pernah terjadi di wilayah maluku dan banda sebanyak 45 kali, dan 2 diantaranya adalah tsunami yang paling mematikan atau deadly tsunami itu terjadi pada tahun 1674 yang menimbulkan korban jiwa 2.325 orang.

Lanjut Gonga, dan pada tahun 1809 menimbulkan korban jiwa 3.864 orang dan juga baru baru ini di Provinsi Maluku pada tanggal 10 Januari 2023 diguncang gempa dengan magnitudo (M)7,9 dengan parameter update M7,5 pada pukul 00.47.34 WIB dan mengeluarkan peringatan dini potensi tsunami,” ungkapnya.

“Melihat kenyataan ini, ujar Gonga kita sangat perlu membangun strategi pencegahan dan kesiapsiagaan masyarakat untuk menghadapi bencana gempabumi dan tsunami yang dapat terjadi kapan saja,” tandas Orang Nomor 1 di Kabupaten bertajuk mutiara itu.

BACA JUGA:  Menteri Trenggono Jadikan Tual dan Kepulauan Aru Sebagai Lokasi Modeling PIT

Lebih lanjut, Gonga, menyatakan, mengingat kerentanan, keterpaparan dan potensi ancaman sebagaimana dijelaskan sebelumnya, maka diperlukan suatu momen untuk melatih kesiapsiagaan seluruh komponen pemerintah, akademisi, lembaga usaha, media dan masyarakat kabupaten Kepulauan Aru dalam menghadapi bencana.

Dijelaskan, selain itu, pengalaman peristiwa bencana yang pernah terjadi adalah salah satu peran kunci dalam penyebarluasan informasi yang dilakukan oleh BPBD, dalam hal ini PUSDALOPS yang beroperasi selama 24/7.

“Dalam konteks mitigasi gempabumi dan tsunami, PUSDALOPS daerah berperan dalam menerjemahkan informasi gempabumi dari BMKG menjadi arahan yang tepat dan cepat untuk menyelamatkan warga,” Jelas Gonga.

Menurut Gonga, pelatihan kepada operator PUSDALOPS terkait pemahaman informasi Gempabumi, perlu dilakukan, agar layanan informasi gempabumi dan tsunami yang disediakan BMKG, dapat menjangkau mereka yang membutuhkan di tingkat paling akhir dengan tepat waktu.

“Oleh karena itu, pemerintah kabupaten Kepulauan Aru sangat mengapresiasi langkah BMKG yang telah menginisiasi dan berupaya semaksimal mungkin untuk merealisasikan kegiatan sekolah lapang gempabumi dan tsunami,” ungkap Gonga.

Dirinya berharap, dengan Latihan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami, akan terbangun kapasitas dan kapabilitas semua pihak, terkait kesiapsiagaan, sehingga seluruh masyarakat yang tinggal di Kabupaten Kepulauan Aru dapat selamat dari bencana.

“Kami memahami bahwa perlu upaya keras dalam memperkuat kapasitas kesiapsiagaan masyarakat. sebagaimana kita ketahui, latihan diperlukan agar masyarakat mengenal ancaman risiko di lingkungannya, mampu mengelola informasi peringatan dini, memahami rambu peringatan, serta mengurangi kepanikan dan ketergesaan saat evakuasi yang menimbulkan korban dan kerugian,” jelas Gonga.

Dikatakan, olehnya itu, besar harapan saya, momen sekolah lapang Gempabumi dan Tsunami ini dapat kita manfaatkan sebaik-baiknya untuk melatih kesiapan masyarakat dan seluruh stakeholders kebencanaan di Kabupaten Kepulauan Aru, sekaligus membangun komunikasi dan koordinasi yang baik antara pihak pemerintah daerah, TNI/Polri, BMKG dan unsur-unsur lainnya.

BACA JUGA:  Jozef James Kelwulan Ditunjuk PLH Sekda Kepulauan Tanimbar

“Jadi khusus terkait pengajuan desa wangel dan desa durjela sebagai komunitas siaga Tsunami (Tsunami Ready Community) semoga menjadi katalis bagi desa/kelurahan lain untuk mulai mempersiapkan diri guna menjadikan kabupaten Kepulauan Aru siap menghadapi bencana gempabumi dan tsunami,” tandas Gonga.

Usai memberikan sambutan, selanjutnya, pemberian penyematan Tanda Peserta dan Penyerahan Cinderamata dari BMKG kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Aru serta Penyerahan Cinderamata dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Aru kepada BMKG.

Kemudian dilanjutkan dengan Penyerahan Peta Bahaya Tsunami Kabupaten Kepulauan Aru kepada Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Aru dan Penyerahan Tas Siaga Gempabumi kepada Sekretaris Daerah Kabupaten Kepulauan Aru, Jacob Ubyaan, serta di ikuti dengan Launching Gerakan Tas Siaga Gempabumi. (L04).