Bupati Kepulauan Tanimbar Petrus Fatlolon, SH,MH
LASKAR – Bupati Kepulauan Tanimbar, Petrus Fatlolon, SH.MH, menyambut positif setiap kritik konstruktif juga pikiran-pikiran solutif dari semua pihak demi perbaikan Tanimbar. Meski begitu, generasi muda diingatkan tidak ditunggangi oleh barisan nasompun –, tukang nyinyir.
Guyon nan pedas ini disampaikan Bupati Petrus Fatlolon saat memberikan sambutan dalam acara pelantikan pengurus baru PMKRI Cabang Saumlaki periode 2020-2022, pada Jumat (05/06/2020), di Aula Pastores Unio Projo, Kota Saumlaki.
Menurutnya, dalam sebuah organisasi selalu ada dinamika membentuk karakter kepribadian sebagai seorang kader.
 
“Kalau ada teriak-teriak di internal itu biasa dan menjadi pengalaman berharga membentuk kader PMKRI yang tangguh, mampu menghadapi tantangan di era globalisasi ini. Kalau ada perbedaan jangan menyusahkan tapi saling rangkul itu hal biasa, tapi ingat jangan nasompun,” katanya disambut tawa seluruh yang hadir. 
Orang nomor satu di Bumi Duan Lolat ini pun menguraikan tiga tipe barisan nasompun, yaitu nasompun pisang goreng dan keju, nasompun kepentingan politik sesaat, dan nasompun kepanjangan tangan.
Petrus Fatlolon menguraikan, tipe nasompun pisang goreng dan keju adalah mereka yang berhasrat mendapatkan keju tetapi yang ada hanya pisang goreng lantaran di Tanimmbar belum ada produksi keju. 
“Barisan ini kemudian mulai nasompun, dan kedua yaitu  nasompun karena kepentingan politik sesaat, dan nasompun yang ketiga biasanya mereka ini merupakan kepanjangan tangan dari mereka yang ada jauh di sana,” kata Bupati. 
Bupati percaya tiga tipe nasompun ini tidak ada dalam tubuh organisasi PMKRI. “Jadi yang kita bahas tentang nasompun ini tidak ada di PMKRI sebab kader PMKRI semangatnya, nafasnya adalah  gereja, penuh dengan roh kebaikan.
“Karena gereja universal, di gereja, agama tidak ada namanya nasompun, dan karakter dari nasompun itu mereka hanya di belakang-belakang, kalau dalam acara dialog tunggu Bupati pulang dulu,” ujarnya. 
Nasompun ini, kata Bupati, biasanya karena mereka minta sesuatu yang tidak mungkin pemerintah daerah berikan.
“Dong minta keju tapi keju belum bisa diproduksi di Tanimbar. Kalau pemerintah beri pisang goreng, ya sudah dia mulai nasompun, dan dia mulai pakai ade-ade yang lugu,” katanya mengingatkan. 
Padahal, jika bertemu dengan orang yang suka nasompun ternyata yang bersangkutan itu biasa-biasa. 
“Tetapi kalau dia bicara, dia menulis luar biasa, ternyata nasompun itu gurunya ada di luar,” ungkap tokoh yang familiar dengan kalangan pers ini. 
Bupati menegaskan, kader PMKRI tentu tidak ingin diperalat. “Saya percaya ade-ade ini tidak mau diperalat, tidak mau berperan sebagai nasompun tadi. Ade-ade akan tampil dengan cara kerja yang profesional dan lewat PMKRI bisa menghasilkan kader-kader yang tangguh ke depan, saya percaya dan sangat percaya itu,” ujarnya penuh optimis. 
PMKRI, kata Bupati, dibutuhkan oleh pemerintah daerah, karena tidak bisa pemerintah bekerja sendiri. Pemerintah butuh peran fungsi PMKRI juga OKP yang lain untuk sama-sama bersinergi.
“Mari bersama kita bekerja wujudkan masyarakat Tanimbar yang cerdas, sehat, berwibawa dan mandiri. Sebab tanpa PMKRI dan organisasi kepemudaan yang lain lain pemerintah tidak bisa berbuat banyak,” harapnya.
Untuk itu, tambah Bupati, apabila PMKRI bersama organisasi kepemudaan lainnya ada bersama-sama, di kiri dan di kanan pemerintah daerah, maka program-program yang direncanakan pemerintah daerah dalam rangka mensejahterahkan masyarakat dapat terwujud secara bertahap.
“Pemerintah yakin sehingga berharap PMKRI juga berbahan dalam memberikan kritik koreksi, saran, pendapat, solusi sesuai arah dan tujuan PMKRI. Itu sangat penting sebab tanpa kritik, kita bisa saja keliru dalam mengambil kebijakan,” tegasnya. (L03)