Share
LASKAR, AMBON – Perilaku media cetak di Ambon sungguh memalukan. Kontrak kerjasama memenangkan pasangan Paulus Kastanya dan Sam Latuconsina (PANTAS), membutakan mata hati para pengelola media di kota bertajuk Manise ini.
Informasi yang dihimpun Laskar menyebutkan, dalam sebuah rapat tim media pendukung PANTAS, oknum tim sukses, pemimpin media dan sejumlah wartawan secara bersama membahas skenario menghancurkan calon Walikota Ambon, Richard Louhenapessy.
Upaya ini dilakukan semata-mata untuk menimbulkan kebencian terhadap Richard, yang unggul jauh atas Paulus Kastanya dan Sam Latuconsina.
Disepakati berbekal biaya masing-masing mendapat jatah Rp 10 juta dari PANTAS, sejumlah media cetak seragam memasang berita pada halaman satu, menyerang Richard Louhenapessy, dan berupaya memberikan tekanan kepada aparat penegak hukum, guna memeriksa mantan Walikota Ambon periode 2011 – 2016.
Sebelum pertemuan rahasia tim sukses dan tim media pendukung PANTAS, arah pemberitaan koran lokal sudah terlihat jelas menebar fitnah dipenuhi opini yang menyesatkan.
Karena itu, pengadaan kantor Cabang Bank Maluku di Surabaya, sengaja digembar-gemborkan. Kebetulan, Richard Louhenapessy sebagai Walikota Ambon, menjadi salah satu pemegang saham terbesar. Begitupun Gubernur Maluku, Said Assagaff sebagai Pemegang Saham Pengendali (PSP).
Baik Richard maupun Said sengaja digiring melalui berita-berita miring membentuk opini publik guna mempengaruhi aparat penegak hukum memanggil Richard Louhenapessy dan Said Assagaff.
Niat busuk tim sukses PANTAS dan media cetak pendukung terungkap dari dalam tim media PANTAS, lantaran biaya Rp 10 juta dari salah satu media batal dibayar.
Pembatalan ini akibat judul berita utama yang telah disepakati dalam rapat bersama, tidak dilakukan. “Koran yang lain seperti Rakyat Maluku, Siwalima, Suara Maluku sudah dibayar. Hanya Spektrum yang belum dibayar karena judul headline tidak sesuai kesepakatan,” beber sumber tim media PANTAS.
Dia mengungkapkan, setelah terjadi kesepakatan, dengan iming-iming biaya Rp 10 juta, maka tiap koran menambah oplah 1000 eksemplar. Nantinya, tim khusus PANTAS akan membagi-bagikan kepada warga. Seluruh koran yang dicetak dengan berita utama yang seragam itu, dikumpulkan di kantor Siwalima, di Lorong Mayang, dan selanjutnya didistribusikan oleh tim khusus PANTAS. 
Perilaku media ini mendapat kecaman dari warga. Koran yang dibagi-bagi kepada warga, diposting ke media sosial dan mendapat tanggapan miring. Beragam komentar muncul mengecam perilaku media yang rela dibayar Rp 10 juta, menebar berita dengan maksud jahat menghancurkan Richard Louhenapessy.
Ada yang mengecm, media tidak tahu diri.Ada yang langsung menyinggung wartawan dan macam-macam komentar terhadap PANTAS.
“Apa yang dilakukan melalui koran adalah bentuk ketakutan dan kepanikan PANTAS yang sampai dengan waktu pencoblosan sulit melewati PAPARISSA BARU. Ini proses pendidikan politik yang tidak sehat. Sangat disesalkan media ikut terlibat dalam skenario jahat,” kata Edwar Futwembun.
Aktivis Pemuda Katolik ini mengharapkan, media tampil profesional dan proporsional memberikan berita-berita yang berimbang, tidak menghasut, merusak seseorang dengan tujuan kepentingan politik kekuasaan sesaat.
“Sangat disayangkan media dibayar menaikan oplah hanya untuk satu berita yang disetting dengan harga Rp 10 juta.Cara media cetak seperti itu memalukan.Tanggung jawab media menjalankan fungsi memberikan informasi secara baik benar dan adil apakah seperti itu? Dimana letak tanggung jawab edukasi kepada rakyat,” sesal Edward penuh tanya.
Di tempat terpisah, jurnalis senior Andi Sagat, menyesalkan tindakan media yang mudah dibeli sampai kepada berita pun bisa diatur dari liuar untuk kepentingan PANTAS.
“Memalukan karena saya membaca komentar pengguna medsos, semua mengecam tindakan itu.Media cetak harus berimbang dan tidak boleh menampilkan berita hasutan untuk kepentingan politik.Sebagai jurnalis ikut malu akibat mendapat kecaman dari warga,” ujarnya.
Pihak PAPARISSA BARU sendiri, melalui Max Siahay mengatakan, jika hal tersebut dilakukan, tentu sangat disesalkan.“Tetapi bagi PAPARISSA BARU, sudah biasa. Semakin media bertindak kurang adil dan memberitakan dengan maksud jahat, rakyat yang akan menilai. Figur Pak Richard dan Pak Syarif sudah teruji dan terbukti.Keduanya bukan politisi kemarin sore sehingga bagi PAPARISSA BARU, semakin difitnah justru rakyat semakin bersimpati,” ujar Max.
Warga kota ini sudah melihat dan saya memang mendengar langsung keluhan atas media yang tidak adil. Tetapi itu kebbijakan masing-masing redaksi.
“Yang pasti rakyat bisa melihat dan menilai rekam jejak, integritas kedua figur, baik Pak Richard maupun Pak Syarif tidak diraggukan sehingga ssemakin difitnah, kami yakin semakin dukungan mengalir,” tegasnya. (L01/03)