Share


Foto yang dipasang oleh Simon Kleden yang mengidolai Irjen Polisi Murad Ismail


LASKAR – Mantan Kapolda Maluku yang saat ini menjabat Kakor Brimob RI, Irjen Polisi Murad Ismail, diam-diam diidolai anak-anak Flores Larantuka, NTT.
Pasalnya, Murad pernah bertugas disana. Meski tidak lama tetapi sikapnya yang gaul dan menyatu dengan rakyat membuatnya tetap dikenang secara baik hingga saat ini.
Mereka tak menyangka kemunculannya dalam wawancara khusus di Metro TV, Jumat (29/10/2017) usai Murad menerima rekomendasi dari Partai NasDem di Jakarta sehari sebelumnya, kembali membangkitkan ingatan akan masa muda mereka bersama Murad.
Kala itu, Murad dan kawan-kawan yang tergabung dalam tim misi ABRI masuk Desa Manunggal di Larantuka ibukota Kabupaten Flores Timur tahun 1986/1987 dengan sandi Latsitarda Nusantara IV.
“Saya ingat betul saat itu masih duduk di kelas III SMP di Larantuka. Pak Murad Ismail orangnya sangat gaul dan sampai saat ini tim ABRI masuk desa manunggal dengan rakyat, kode sandi Latsitarda Nusantara IV itu tetap terkenang,” ujar Simon Kleden.
Dia bahkan menumpahkan kebanggaannya kepada Murad Ismail di akun facebooknya dan mendoakan Murad sukses dalam tugas sebagai Kakor Brimob RI.
Simon memasang foto Murad Ismail dalam sebuah wawancara khusus Kompas TV, Minggu (1/10/2017) mengenai persenjataan Polri.
“Nonton berita Kompas TV malam ini, muncul sosok yang satu ini. Komandan Brimob Pusat, bapak Murad Ismail. Teringat Putra Ambon ini dimasa kecilku dulu. Menjadi idolaku saat beliau bertugas dalam misi ABRI masuk desa manunggal di Larantuka pada tahun 1986/1987 dengan sandi Latsitarda Nusantara IV,” tulisnya.
Selain Murad Ismail, Simon masih ingat beberapa nama anggota Latsitarda seperti Carlo Tewu, Rusli Maututuhuri.
“Ada enam orang yang tinggal di rumah kepala desa Lewolere dan itu berhadapan langsung dengan rumah saya. Salam hormat dan salut kepada bapak Murad Ismail. Sukses selalu dalam tugasmu,” kata Simon.
Senada dengan Simon, Rini Tukan pun angkat bicara mengingat saat dalam sebuah pesta pernikahan Murad dan teman-teman masuk acara menggunakan seragam lengkap. Momen ini dikenang sebagai sebuah kewibawaan Murad dan teman-teman memakai pakaian AKABRI, putih biru. 
“Saya masih ingat waktu masuk acara pernikahan di kampung, mereka sangat bersahaja dan berwibawa. Seragam putih biru itu luar biasa,” kenang Rini yang saat itu juga masih duduk di kelas III SMP. Apa yang dirasakan oleh Rini ini, dibenarkan oleh Aloysius Muli Kedang.
Petrus Bungaama Kleden menyebut Murad sebagai orang Ambon yang lugas dalam pergaulan bersama warga Larantuka.
“Kalau tidak salah ada juga teman-teman Pak Murad yang dari Manado, mereka satu tim. Waktu melihat mereka saat santai dan berlatih sangkur di pinggir pantai sebuah momen yang sangat berkesan,” aku Petrus. “Tidak disangka-sangka sekarang sudah jadi orang hebat,” timpal Nusdy Halan.
Dia memberikan apresiasi atas sebuah jalan, lorong dalam kampung Lewolere yang dibangun oleh Murad Ismail dan kawan-kawan.

Mereka semua memberikan respek dan mengenang Murad sebagai salah satu anggota tim yang mudah bergaul. Dia bersama warga dalam waktu senggang, sering masuk hutan berburu. Pula, melaut bersama warga di malam hari.
Seperti yang diingat oleh Simon Kleden, “Pak Murad mudah bergaul bersama siapa saja. Dia tidak malu menjadi seorang nelayan. Minta ikut memancing bersama warga. Naik perahu karena katanya dia juga anak seorang nelayan”. (L1R)